This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 17 Oktober 2014

Ragam Bahasa

Ragam bahasa

Ragam bahasa adalah varian dari sebuah bahasa menurut pemakaian. Berbeda dengan dialek yaitu varian dari sebuah bahasa menurut pemakai. Variasi tersebut bisa berbentuk dialek, aksen, laras, gaya, atau berbagai variasi sosiolinguistik lain, termasuk variasi bahasa baku itu sendiri. Variasi di tingkat leksikon, seperti slang dan argot, sering dianggap terkait dengan gaya atau tingkat formalitas tertentu, meskipun penggunaannya kadang juga dianggap sebagai suatu variasi atau ragam tersendiri 
Jenis ragam bahasa
Berdasarkan pokok pembicaraan, ragam bahasa dibedakan antara lain atas:
·         Ragam bahasa undang-undang
·         Ragam bahasa jurnalistik
·         Ragam bahasa ilmiah
·         Ragam bahasa sastra
Berdasarkan media pembicaraan, ragam bahasa dibedakan atas:
1.     Ragam lisan yang antara lain meliputi:
·         Ragam bahasa cakapan
·         Ragam bahasa pidato
·         Ragam bahasa kuliah
·         Ragam bahasa panggung
2.     Ragam tulis yang antara lain meliputi:
·         Ragam bahasa teknis
·         Ragam bahasa undang-undang
·         Ragam bahasa catatan
·         Ragam bahasa surat
Ragam bahasa menurut hubungan antarpembiacra dibedakan menurut akrab tidaknya pembicara
·         Ragam bahasa resmi
·         Ragam bahasa akrab
·         Ragam bahasa agak resmi
·         Ragam bahasa santai
·         dan sebagainya

Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, yaitu (1) ragam bahasa lisan, (2) ragam bahasa tulis. Bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai unsur dasar dinamakan ragam bahasa lisan, sedangkan bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya, dinamakan ragam bahasa tulis. Jadi dalam ragam bahasa lisan, kita berurusan dengan lafal, dalam ragam bahasa tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan).

 Ragam tulis adalah bahasa yang ditulis atau yang tercetak. Ragam tulis pun dapat berupa ragam tulis yang standar maupun nonstandar. Ragam tulis yang standar kita temukan dalam buku-buku pelajaran, teks, majalah, surat kabar, poster, iklan. Kita juga dapat menemukan ragam tulis nonstandar dalam majalah remaja, iklan, atau poster.

Berdasarkan situasi dan pemakaian • Ragam bahasa baku dapat berupa : (1) ragam bahasa baku tulis dan (2) ragam bahasa baku lisan. Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna kalimat yang diungkapkannya tidak ditunjang oleh situasi pemakaian, sedangkan ragam bahasa baku lisan makna kalimat yang diungkapkannya ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan unsur kalimat.

Contoh perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis (berdasarkan tata bahasa dan kosa kata) : • 1.Tata Bahasa • (Bentuk kata, Tata Bahasa, Struktur Kalimat, Kosa Kata) • a. Ragam bahasa lisan : • - Nia sedang baca surat kabar • - Ari mau nulis surat • b. Ragam bahasa Tulis : • - Nia sedang membaca surat kabar • - Ari mau menulis surat • - Namun, engkau tidak boleh menolak lamaran itu.
Contoh ragam lisan dan tulis berdasarkan kosa kata : • a. Ragam Lisan • - Ariani bilang kalau kita harus belajar • - Kita harus bikin karya tulis • - Rasanya masih terlalu pagi buat saya, Pak • b. Ragam Tulis • - Ariani mengatakan bahwa kita harus belajar • - Kita harus membuat karya tulis. • - Rasanya masih terlalu muda bagi saya, Pak.

Istilah lain yang digunakan selain ragam bahasa baku adalah ragam bahasa standar, semi standar dan nonstandar. • Pembedaan antara ragam standar, nonstandar, dan semi standar dilakukan berdasarkan : • a. topik yang sedang dibahas, • b. hubungan antarpembicara, • c. medium yang digunakan, • d. lingkungan, atau • e. situasi saat pembicaraan terjadi

Ciri yang membedakan antara ragam standar, semi standar dan nonstandar : • · penggunaan kata sapaan dan kata ganti, • · penggunaan kata tertentu, • · penggunaan imbuhan, • · penggunaan kata sambung (konjungsi), dan • · penggunaan fungsi yang lengkap.

RAGAM BASAHA INDONESIA ILMIAH • Ragam ilmiah bahasa indonesia sebagai dasar penulisan karya ilmiah dan ranah=ranah penggunaannya serta ciri-ciri bahasa indonesia ragam ilmiah yang nmencakup ciri cendekia, lugas dan logis, jelas,padat dan ringkas, formal dan objektif, gagasan sebagai pangkal tolak, menggunakan istilah teknis, dan konsisten.

Ranah Penggunaan Bahasa Ragam Ilmiah Mencakup Penulisan a. Laporan yang berbentuk naskah, seperti artikel, makalah, laporan hasil penelitian. b. Sekripsi, tesis, dan desertasi c. Laporan pekerjaan yang berbentuksurat, atau naskah. d. Laporan pertanggungjawaban .

Ciri-ciri Bahasa Ragam Ilmiah A. Ciri umum adalah bahasa yang digunakan harus bersifat ilmiah. B. Ciri khusus antara lain a. Cendikia : bahasa yang digunakan mampu mengungkapkan hasil berpikir logis secara tepat. b. Lugas dan logis: Lugas bahasa yang digunakan harus bermakna harfiah dan tidak bermakna ganda.

Logis: Bahasa yang digunakan sesuai dengan logika atau dapat diterima oleh akalsehat. C. Jelas: Bahasa yang digunakan memiliki struktur kalimat dan makna yang jelas. D. Padat dan ringkas Padat: Gagasan atau pola pikir yang digunakan tidak tercampur unsur-unsur lain yang tidak ada hubungannya atau tidak diperlukan.

 Ringkas: Bahasa yang digunakan harus singkat, tidak menggunakan kata-kata yang tidak diperlukan. E. Formal dan objektif Objektif: Dapat diukur kebenarannya secara terbuka oleh umum F. Gagasan sebagai pangkal tolak Bahasa yang digunakan harus berorientasi pada gagasan atau pola pikir bukan pada penulis.

Penggunaan istilah teknik Bahasa yang digunakan sesuai dengan bidang keilmuannya yang dilengkapi dengan peristilahan teknik yang meliputi penulisan angka, lanbang, dan istilah sesuai dengan bidang ilmu. H. Konsisten.

Contoh Tulisan Ragam Bahasa

· Ragam Lisan
1.      Rombongan tamu Negara sebentar lagi tiba.
2.      Sumur itu digali menggunakan alat modern.
3.      Dia lagi sakit makanya tidak ikut bertanding.
4.      Aku bingung karena pendirian dia suka berubah.
5.      Pamannya pendiam sekali tapi bibinya cerewet sekali.

· Ragam Tulisan
1.      Rombongan tamu Negara akan segera tiba.
2.      Sumur itu digali dengan alat-alat modern.
3.      Dia sedang sakit karena itu dia tidak ikut bertanding.
4.      Pendiriannya selalu berubah oleh sebab itu aku jadi bingung.
5.      Pamannya pendiam sekali tetapi bibinya cerewet luar biasa.

· Ragam Baku
1.      Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945.
2.      Pemerintah Indonesia menganut sistem presidensil.
3.      Tahun baru 2010 dirayakan di Villa Amanda Ratu.
4.      Kebakaran bus Maya Bakti memakan banyak korban.
5.      Sayuran dan buah-buahan mengandung gizi yang banyak.


· Ragam tidak Baku
1.      Kemerdekaan Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945.
2.      Panitia harus membuat laporan pertanggungan jawab kegiatan.
3.      Pemerintah Indonesia menganut Sistim presidensil.
4.      Kecelakaan bus Maya Bakti memakan banyak korban.
5.      Semua peserta daripada pertemuan itu sudah pada hadir.

· Kalimat Ambigu
            Istri pegawai Bank XYZ yang gemuk itu berasal dari Depok
            Keterangannya Gemuk itu mempunyai 2 makna:
1.      Pertama yang gemuk adalah pegawai.
2.      Kedua yang gemuk adalah istri pegawai



Rabu, 01 Oktober 2014

Bahasa

BAHASA
1. Pengertian Bahasa
Menurut Gorys Keraf (1997:1), bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Mungkin ada yang keberatan dengan mengatakan bahwa bahasa bukan satu-satunya alat untuk mengadakan komunikasi dengan mempergunakan cara-cara tertentu yang telah disepakati bersama. Lukisan-lukisan, asap api, bunyi gendang atau tong-tong dan sebagainya. Tetapi mereka itu harus mengakui pula bahwa bila dibandingkan dengan bahasa, semua alat komunikasi tadi mengandung banyak segi yang lemah.
Bahasa memberikan kemungkinan yang lebih luas dan kompleks daripada yang dapat diperoleh dengan mempergunakan media tadi. Bahasa haruslah merupakan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bukannya sembarang bunyi. Dan bunyi itu sendiri haruslah merupakan simbol atau perlambang.

2. Aspek Bahasa
Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer, yang dapat diperkuat dengan gerak-gerik badaniah yang nyata. Ia merupakan simbol karena rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia harus diberikan makna tertentu pula. Simbol adalah tanda yang diberikan makna tertentu, yaitu mengacu kepada sesuatu yang dapat diserap oleh panca indra.
Berarti bahasa mencakup dua bidang, yaitu vokal yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, dan arti atau makna yaitu hubungan antara rangkaian bunyi vokal dengan barang atau hal yang diwakilinya itu. Bunyi itu juga merupakan getaran yang merangsang alat pendengar kita (=yang diserap oleh panca indra kita, sedangkan arti adalah isi yang terkandung di dalam arus bunyi yang menyebabkan reaksi atau tanggapan dari orang lain).
Arti yang terkandung dalam suatu rangkaian bunyi bersifat arbitrer atau manasuka. Aribitrer atau manasuka berarti tidak terdapat suatu keharusan bahwa suatu rangkaian bunti tertentu harus mengandung arti yang tertentu pula. Apakah seekor hewan dengan ciri-ciri tertentu dinamakan anjing, dog, hund, chien, atau canis itu tergantung dari kesepakatan anggota masyarakat bahasa itu masing-masing.

3. Benarkah Bahasa Mempengaruhi Perilaku Manusia?
Menurut Sabriani (1963), mempertanyakan apakah bahasa mempengaruhi perilaku manusia atau tidak?  Sebenarnya ada variabel lain yang berada diantara variabel bahasa dan perilaku. Variabel tersebuat adalah variabel realita. Jika hal ini benar, maka terbukalah peluang bahwa belum tentu bahasa yang mempengaruhi perilaku manusia, bisa jadi realita atau keduanya.
Kehadiran realita dan hubungannya dengan variabel lain, yakni bahasa dan perilaku, perli dibuktikan kebenarannya. Selain itu, perlu juga dicermati bahwa istilah perilaku menyiratkan penutur. Istilah perilaku merujuk ke perilaku penutur bahasa, yang dalam artian komunikasi mencakup pendengar, pembaca, pembicara, dan penulis.
3.1. Bahasa dan Realita
Fodor (1974) mengatakan bahwa bahasa adalah sistem simbol dan tanda. Yang dimaksud dengan sistem simbol adalah hubungan simbol dengan makna  yang bersifat konvensional. Sedangkan yang dimaksud dengan sistem tanda adalah bahwa hubungan tanda dan makna bukan konvensional tetapi ditentukan oleh sifat atau ciri tertentu yang dimiliki benda atau situasi yang dimaksud. Dalam bahasa Indonesia kata cecak memiliki hubungan kasual dengan referennya atau binatangnya. Artinya, binatang itu disebut cecak karena suaranya kedengaran seperti cak-cak-cak. Oleh karena itu kata cecak disebut tanda bukan simbol. Lebih lanjut Fodoor mengatakan bahwa problema bahasa adalah problema makna. Sebenarnya, tidak semua ahli bahasa membedakan antara simbol dantanda. Richards (1985) menyebut kata table sebagai tanda meskipun tidak ada hubungan kasual antara objek (benda) yang dilambangkan kata itu dengan kata table.
Dari uraian di atas dapat ditangkap bahwa salah satu caa mengungkapkan makna adalah dengan bahasa, dan masih banyak cara yang lain yang dapat dipergunakan. Namun sejauh ini, apa makna dari makna, atau apa yang dimaksud dengan makna belum jelas. Bolinger (1981) menyatakan bahwa bahasa memiliki sistem fonem, yang terbentuk dari distinctive features bunyi, sistem morfem dan sintaksis. Untuk mengungkapkan makna bahasa harus berhubungan dengan dunia luar. Yang dimaksud dengan dunia luar adalah dunia di luar bahasa termasuk dunia dalam diri penutur bahasa. Dunia dalam pengertian seperti inilah disebut realita.
Penjelasan Bolinger (1981) tersebut menunjukkan bahwa makna adalah hubungan antara realita dan bahasa. Sementara realita mencakup segala sesuatu yang berada di luar bahasa. Realita itu mungkin terwujud dalam bentuk abstraksi bahasa, karena tidak ada bahasa tanpa makna. Sementara makna adalah hasil hubungan bahasa dan realita.
3.2. Bahasa dan Perilaku
Seperti yang telah diuraikan di atas, dalam bahasa selalu tersirat realita. Sementara perilaku selalu menunjuk kepasa pelaku komunikasi Komunikasi bisa terjadi jika proses decodnig dan encoding berjalan dengan baik. Kedua proses ini dapat berjalan dengan baik jika baik encoder dan decoder sama-sama memiliki pengetahuan dunia dan pengetahuan bahasa yang sama. (Omaggio, 1986).
Dengan memakai pengertian yang diberikan oleh Bolinger (1981) tentang realita, pengetahuan dunia dapat diartikan identik dengan pengetahuan realita. Bagaimana manusia memperoleh bahasa dapat dijelaskan dengan teori-teori pemerolehan bahasa. Sedangkan pemerolehan pengetahuan dunia (realita) atau proses penghubung bahasa dan realita pada prinsipnya sama, yakni manusia memperoleh representasi mental realita melalui pengalaman yang langsung atau melalui pemberitahuan orang lain. Misalnya, seseorang menyaksikan sebuah kecelakaan terjadi, orang tersebut akan memiliki representasi mental tentang kecelakaan tersebut dari orang yang langsung menyaksikannya jug akan membentuk representasimental tentang kecelakaan tadi. Hanya saja terjadi perbedaan representasi mental pada kedua orang itu.

4. Fungsi Bahasa
Menurut Felicia (2001:1), dalam berkomunikasi sehari-hari, salah satu alat yang paling sering dugunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Begitu dekatnya kita kepasa bahasa, terutama bahasa Indonesia, sehingga tidak dirasa perlu untuk mendalami dan mempelajari bahasa Indonesia secara lebih jauh. Akibatnya, sebagai pemakai bahasa, orang Indonesia tidak terampil menggunakan bahasa. Suatu kelemahan yang tidak disadari.
Komunikasi lisan atau nonstandar yang sangat praktis menyebabkan kita tidak teliti berbahasa. Akibatnya, kita mengalami kesulitan pada saat akan menggunakan bahasa tulis atau bahasa yang lebih standar dan teratur. Pada saat dituntut untuk berbahasa' bagi kepentingan yang lebih terarah dengan maksud tertentu, kita cenderung kaku. Kita akan berbahasa secara terbata-bata atau mencampurkan bahasa standar dengan bahasa nonstandar atau bahkan, mencampurkan bahasa atau istilah asing ke dalam uraian kita. Padahal bahasa bersifat sangan luwes, sangat manipulatif. Kita selalu dapat memanipulasi bahasa untuk kepentingan dan tujuan tertentu. Lihat saja, bagaimana pandainya orang-orang berpolitik melalui bahasa. Kita selalu dapat memanipulasi bahasa untuk kepentingan dan tujuan tertentu. Agar dapat memanipulasi bahasa, kita harus mengetahui gungsi-fungsi bahasa.
Pada dasarnya, bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan kebutuhan seseorang, yakni sebagai alat untuk mengeksperesikan diri, sebagai alat berkomunikasi, sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan sebagai alat untuk kontrol sosial(Keraf,1997:3).
Derasnya arus globalisasi di dalam kehidupan kita akan berdampak pula pada perkembangan dan pertumbuhan bahasa sebagai sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. Di dalam era globalisasi ini, bangsa Indonesia mau tidak mau harus ikut berperan di dalam dunia persaingan bebas, baik di bidang politik, ekonomi, maupun komunikasi. Konsep-konsep dan istilah baru di dalam pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) secara tidak langsung memperkaya khasanah bahasa Indonesia. Dengan demikian, semua produk budaya akan tumbuh dan berkembang pula sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu, termasuk bahasa Indonesia, yang di dalam itu, sekaligus berperan sebagai prasarana berpikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan iptek itu (Sunaryo,1993,1995).
Menurut Sunaryo (2000:6), tanpa adanya bahasa (termasuk bahasa Indonesia) iptek tidak dapat tumbuh dan berkembang. Selain itu bahasa Indonesia di dalam struktur budaya, ternyata memiliki kedudukan, fungsi, dan peran ganda, yaitu sebagai akar dan produk budaya yang sekaligus berfungsi sebagai sarana berfikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi. Tanpa peran bahasa serupa itu, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak akan dapat berkembang. Implikasinya di dalam pengembangan daya nalar, menjadikan bahasa sebagai prasarana berfikir modern. Oleh karena itu, jika cermat dalam menggunakan bahasa, kita akan cermat pula dalam berfikir karena bahasa merupakan cermin dari daya nalar (pikiran).
Hasil pendayagunaan daya nalar itu sangat bergantung pada ragam bahasa yang digunakan. Pembiasaan penggunaan bahasa INdinesia yang baik dan benar akan menghasilkan buah pemikiran yang baik dan benar pula. Kenyataan bahwa bahasa Indonesia sebagai wujud identitas bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi di dalam masyarakat modern. Bahasa Indonesia bersikap luwes sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai sarana komunikasi masyarakat modern. 


 sumber: Buku Paket Bahasa Indonesia Universitas Gunadarma