Senin, 30 Maret 2015

Penalaran Induktif

Halooo... kali ini saya akan membahas tentang penalaran induktif. Alangkah baiknya kita menyegarkan ingatan kita kembali akan pengertian penalaran. Penalaran adalah suatu proses akal / pikiran kita dalam berpikir untuk menarik sebuah atau beberapa kesimpulan yang berupa fakta serta pengetahuan. 


Penalaran induktif adalah penalaran yang bertolak dari pernyataan yang bertolak dari  pernyataan-pernyataan yang khusus dan menghasilkan simpulan yang umum. Dengan kata lain, simpulan yang diperoleh tidak lebih khusus daripada pernyataan (premis).
 Penalaran induktif (prosesnya disebut induksi) merupakan proses penalaran untuk menarik suatu prinsip atau sikap yang berlaku untuk umum maupun suatu kesimpulan yang  bersifat umum berdasarkan atas fakta-fakta khusus. Keuntungan Menggunakan Penalaran Induktif:
  1. Pernyataan yang bersifat umum ini bersifat ekonomis
  2. Dari pernyataan yang bersifat umum dimungkinkan proses penalaran selanjutnya baik secara induktif maupun deduktif.
Jenis-Jenis Penalaran Induktif

A. Generalisasi

Generalisasi adalah pernalaran yang mengandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai sifat tertentu untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum. Dari beberapa gejala dan data, kita ragu-ragu mengatakan bahwa “Lulusan sekolah A pintar-pintar.” Hal ini dapat kita simpulkan setelah beberapa data sebagai pernyataan memberikan gambaran seperti itu. 
 Contoh:
Jika dipanaskan, besi memuai. 
Jika dipanaskan, tembaga memuai. 
Jika dipanaskan, emas memuai. 
Jadi, jika dipanaskan, logam memuai.

Benar atau tidaknya simpulan dari generalisasi itu dapat dilihat dari hal-hal yang berikut.
  1. Data itu harus memadai jumlahnya. Makin banyak data yang dipaparkan, makin benar simpulan yang diperoleh.
  2. Data itu harus mewakili keseluruhan. Dari data yang sama itu akan dihasilkan simpulan yang benar.
  3. Pengecualian perlu diperhitungkan karena data-data yang mempunayai sifat khusus tidak dapat dijadikan data.

B. Analogi

Analogi adalah cara penarikan pernalaran dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama.
24
 Contoh:
 Nina adalah lulusan akademi A.  Nina dapat menjalankan tugasnya dengan baik.  Ali adalah lulusan akademi A. Oleh sebab itu, Ali dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Tujuan pernalaran dengan analogi adalah sebagai berikut.
  1. Analogi dilakukan untuk meramalkan kesamaan. 
  2. Analogi digunakan untuk menyingkapkan kekeliruan. 
  3. Analogi digunakan untuk menyusun klasifikasi.
C. Hubungan Kasual

Hubungan kausal adalah pernalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling  berhubungan. Misalnya,  tombol ditekan,akibatnya bel berbunyi. Dalam kehidupan kita sehari-hari, hubungan kausal ini sering kita temukan. Hujan turun dan jalan-jalan becek. Ia kena penyakit kanker darah dan meninggal dunia. Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, tiga hubungan antar masalah yaitu sebagai berikut:
  • Sebab Akibat
Sebab akibat ini berpola A menyebabkan B. Di samping itu, hubungan ini dapat pula  berpola A menyebabkan B, C, D dan seterusnya. Jadi, efek dari suatu peristiwa yang dianggap penyebab kadang-kadang lebih dari satu. Dalam kaitannya dengan hubungan kasual ini, diperlukan kemampuan penalaran sesorang untuk mendapatkan kesimpulan penalaran. Hal ini akan terlihat pada suatu  penyebab yang tidak jelas terhadap sebuah akibat yang nyata. Kalau kita melihat sebiji buah mangga jatuh dari batangnya, kita akan memperkirakan beberapa kemungkinan  penyebabnya. Mungkin mangga itu ditimpa hujan, mungkin dihempas angin, dan mungkin pula dilempari oleh anak-anak. Pastilah salah satu kemungkinan itu yang menjadi penyebabnya. 
Andaikata angin tiba-tiba bertiup (A), dan hujan yang tiba-tiba turun (B), ternyata tidak sebuah mangga pun yang jatuh (E), tentu kita dapat menyimpulkan bahwa jatuhnya  buah mangga itu disebabkan oleh lemparan anak-anak (C). 
Pola seperti itu dapat kita lihat pada rancangan berikut.

Angin hujan lemparan mangga jatuh.
(A)       (B)       (C)              (D)
 Angin, hujan mangga tidak jatuh
 (A)         (B)            (D)
 Oleh sebab itu, lemparan anak menyebabkan mangga jatuh.
                                (C)                                           (E)
Pola-pola seperti itu sesuai pula dengan metode agreement  yang berbunyi sebagai  berikut. Jika dua kasus atau lebih dalam satu gejala mempunyai satu dan hanya satu kondisi yang dapat mengakibatkan sesuatu, kondisi itu dapat diterima sebagai penyebab sesuatu tersebut.
 Teh, gula, garam menyebabkan kedatangan semut.
(P)     (Q)     (R)                                     (Y)
 Gula, lada, bawang menyebabkan kedatangan semut.
(Q)       (S)     (U)                                   (Y)
 Jadi, gula menyebabkan kedatangan semut.
          (Q)                                     (Y)

  • Akibat-Sebab
Akibat-sebab ini dapat kita lihat pada peristiwa seseorang yang pergi ke dokter.Ke dokter merupakan akibat dan sakit merupakan sebab, jadi mirip dengan entimen.Akan tetapi, dalam pernalaran jenis akibat-sebab ini, peristiwa sebab merupakan simpulan.

  • Akibat-Akibat
Akibat-akibat adalah suatu pernalaran yang menyiratkan penyebabnya. Peristiwa “akibat” langsung disimpulkan pada suatu “akibat” yang lain. Contohnya adalah sebagai berikut. Ketika pulang dari pasar, Ibu Sonya melihat tanah di halamannya becek. Ibu langsung menyimpulkan bahwa kain jemuran di belakang rumahnya pasti basah. Dalam kasus itu  penyebabnya tidak ditampilkan, yaitu hari hujan. Pola itu dapat dilihat seperti berikut ini.

Hujan menyebabkan tanah becek.
 (A)                                 (B)
Hujan menyebabkan kain jemuran basah.
 (A)                                      (C)
Dalam proses pernalaran “akibat-akibat”, peristiwa tanah becek (B) merupakan
data, dan peristiwa kain jemuran basah (C) merupakan simpulan.
 Jadi, karena tanah becek, pasti kain jemuran basah.
                           (B)                          (C)

DAFTAR PUSTAKA
  1. Arifin, Zaenal dan Amran Tasai.2004.Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:Akademika Pressindo.
  2. Lestari, Rakhmawati. 2013.Penalaran dan Definisi.
  3. https://tarirl.wordpress.com/2013/05/16/definisi-dan-penalaran/
  4. Ibid.

0 komentar:

Posting Komentar