Komunikasi dalam suatu organisasi sangat penting agar tidak terjadinya salah penyampaian informasi antar anggota dalam suatu organisasi dan agar tercapainya tujuan tertentu. Sebuah interaksi yang bertujuan untuk menyatukan dan mensikronkan seluruh aspek untuk kepentingan bersama sangat dibutuhkan dalam sebuah tujuan berorganisasi. Dengan kata lain, tanpa adanya sebuah interaksi yang baik niscaya sebuah organisasi tidak akan mencapai tujuannya. Interaksi disini adalah mutlak meliputi seluruh anggota organisasi yang dapat berupa penyampaian-penyampaian informasi, instruksi tugas kerjaatau mungkin pembagian tugas kerja. Interaksi sebenarnya adalah proses hubungan komunikasi antara 2 orang atau lebih dimana orang yang satu bertindak sebagai pemberi informasi dan orang yang lain berperan sebagai penerima informasi. Intinya, korelasinya harus melibatkan dan terfokus kepada orang-orang itu sendiri dalam suatu organisasi. dengan kata lain dapat disimpulkan komunikasi dapat dibilang juga sebagai proses penyampaian informasi yang berguna untuk mengkoordinasi lingkungan dan orang lain demi mencapai suatu tujuan. Pada artikel kami kali ini konteks komunikasi yang akan dibahas adalah meliputi konteks komunikasi dalam sebuah organisasi.
Setiap bentuk organisasi pasti mengedepankan sebuah komunikasi agar tercipta hasil yang selaras. Biasanya proses komunikasi dalam suatu organisasi meliputi atasan dan bawahan dengan metode penyampaian yang terarah dari suatu atasan ke bawahannya yang semata-mata semua berorientasi berdasarkan organisasi. Bisa kita bayangkan berorganisasi tanpa adanya komunikasi pasti hasilnya nihil. tanpa mengetahui apa tujuan yang jelas .
Setiap bentuk organisasi pasti mengedepankan sebuah komunikasi agar tercipta hasil yang selaras. Biasanya proses komunikasi dalam suatu organisasi meliputi atasan dan bawahan dengan metode penyampaian yang terarah dari suatu atasan ke bawahannya yang semata-mata semua berorientasi berdasarkan organisasi. Bisa kita bayangkan berorganisasi tanpa adanya komunikasi pasti hasilnya nihil. tanpa mengetahui apa tujuan yang jelas .
Tujuan komunikasi dalam sebuah organisasi sangat memberikan banyak manfaat secara langsung yaitu memudahkan para anggota bekerja dari instruksi-instruksi yang diberikan dari atasan dan untuk mengurangi kesalahpahaman yang biasa terjadi dan memang sudah melekat pada suatu organisasi. Apabila semua bawahan dan atasan dapat berinteraksi dengan baik, maka seluruh kesalahpahaman yang beresiko mungkin akan berkurang presentase nya , karena tiap manusia mempunyai cara penyampaian komunikasi yang berbeda-beda secara verbal dan mau tidak mau kita harus membuat si penerima informasi itu mengerti informasi apa yang kita sampaikan. Dengan demikian semua pelaku organisasi harus berbicara , bertindak satu sama lain guna untuk membangun satu lingkungan kondusif dan mengetahui situasi-situasi apa yang akan terjadi di luar suatu dugaan karena kesalahan komunikasi sekecil apa pun pasti akan berakibat fatal.
Peranan tokoh pelaku organisasi sangat berperan penting dalam kemajuan organisasi. Atasan organisasi juga sangat berpengaruh , atasan dituntut untuk melakukan sesuatu tindakan yang real dan berdisiplin guna untuk mengurangi tingkat kesalahpahaman yang terjadi pada anggota. Contoh kecil saja apabila melakukan rapat atasan mengirimkan informasi pada suatu bawahannya dan si bawahan menginformasikan kepada seluruh anggota untuk datang ke suatu pertemuan rapat dengan waktu dan tempat yang sudah ditentukan. Tetapi apabila si atasan terlambat datang tanpa memberi kabar yang jelas maka dari sini mulailah kesalahpahaman dan ambiguilitas yang terjadi. Karena setiap pelaku organisasi dituntut untuk bersikap profesional dan mengedepankan disiplin serta tanggung jawab yang besar dan iitu akan terus berlanjut apabila kita sudah melanjutkannya di dunia kerja. Atasan dituntut atas apa yang diperkerjakan oleh bawahannya dan dapat mengawasi dan memotivasi secara efektif , maka sang atasan harus mempunyai profesionalisme yang baik.
Peranan tokoh pelaku organisasi sangat berperan penting dalam kemajuan organisasi. Atasan organisasi juga sangat berpengaruh , atasan dituntut untuk melakukan sesuatu tindakan yang real dan berdisiplin guna untuk mengurangi tingkat kesalahpahaman yang terjadi pada anggota. Contoh kecil saja apabila melakukan rapat atasan mengirimkan informasi pada suatu bawahannya dan si bawahan menginformasikan kepada seluruh anggota untuk datang ke suatu pertemuan rapat dengan waktu dan tempat yang sudah ditentukan. Tetapi apabila si atasan terlambat datang tanpa memberi kabar yang jelas maka dari sini mulailah kesalahpahaman dan ambiguilitas yang terjadi. Karena setiap pelaku organisasi dituntut untuk bersikap profesional dan mengedepankan disiplin serta tanggung jawab yang besar dan iitu akan terus berlanjut apabila kita sudah melanjutkannya di dunia kerja. Atasan dituntut atas apa yang diperkerjakan oleh bawahannya dan dapat mengawasi dan memotivasi secara efektif , maka sang atasan harus mempunyai profesionalisme yang baik.
Dimulai dari hal-hal kecil yang berpotensi membuat kesalahan komunikasi , suatu tujuan organisasi akan terhambat. Maka peran teknologi juga sangat diperhitungkan dalam suatu organisasi. Bisa berupa pesan singkat atau blackberry messenger dan panggilan langsung melalui telepon. Upayakan berikan jalaur komunikasi terbaik bagi partner kerja kita demi mecegah ambiguilitas misalnya melalui panggilan telepon atau pesan singkat jika hanya memberikan informasi yang simple. Hal ini dikarenakan karena dalam jalur komunikasi yang kita buat pasti selalu ada hambatan yang tidak akan kita tahu. Baik dari permasalahan teknologi itu sendiri misalnya signal trouble yang biasanya terjadi karena daerah tertentu masih belum memasuki jangkauan coverage yang luas. Karena apabila kita mebahas tentang hambatan , pasti akan banyak sekali yang termauk dalam hambatan dalam proses komunikasi. Menurut kami, hambatan yang memicu terjadinya kesalahan komunikasi berawal dari pembawaan individual masing-masing atau mereka para pelaku organisasi itu sendiri. Yang paling nyata adalah sifat dan kebutuhan suatu individu itu sendiri , biasanya berupa emosi, rasa tertutup, atau rasa ingin dihormati . Misalnya suatu individu pasti punya rasa untuk ingin di hargai sehingga konflik yang akan timbul disini adanya kurangnya rasa saling kepercayaan yang antara anggota yang satu dengan anggota yang lainnyayang berakibat miss communication atau miss understanding. Untuk itu sikap jujur dan transparan dalam berorganisasi patut dijunjung tinggi dalam kehifupan berorganisasi, karena kerja tim sangat berpenguruh. Pengaruh kestabilan emosi juga penting karena apabila kita dalam keadaan emosi maka informasi yang kita terima tidak akan kita tanggapi dengan baik seluruhnya yang mengakibat akhir dari tujuan suatu oragnisasi kurang terasa maksimal
Komunikasi di dalam perusahaan atau organisasi terdiri dari:
§ Komunikasi Vertikal
Yaitu komunikasi dari atas ke bawah, dan dari bawah ke atas. Yaitu komunikasi dari pimpinan ke bawahan dan dari bawahan ke pimpinan. Atasan memberi instruksi-instruksi kepada karyawan baik secara formal dan non formal, dalam hal ini bawahan memberikan laporan-laporan , saran-saran dan pengaduan-pengaduan kepada pimpinan.
§ Komunikasi Horizontal
Komunikasi ini sifatnya mendatar, yang terjadi antar anggota, staf, karyawan dengan karyawan, mahasiswa dengan mahasiswa. Komunikasi ini sifatnya lebih non formal, meski ada yang formal juga.
§ Komunikasi Diagonal
Komunikasi ini menunjukkan hubungan-hubungan dengan orang-orang yang mempunyai status lebih tinggi atau lebih rendah.
Cara Meningkatkan Keterampilan Komunikasi
Keterampilan komunikasi yang diperlukan dalam komunikasi bisnis:
o Membaca
o Mendengarkan
o Percakapan
o Wawancara
o Diskusi Kelompok
o Pidato dan Presentasi
o Menulis
Fungsi Komunikasi Dalam Organisasi
Sendjaja (1994) menyatakan fungsi komunikasi dalam organisasi adalah sebagai berikut:
1. Fungsi informatif. Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi. Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti. Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi untuk melaksanakan pekerjaan, di samping itu juga informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti, dan sebagainya.
2. Fungsi regulatif. Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Terdapat dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif, yaitu: a. Berkaitan dengan orang-orang yang berada dalam tataran manajemen, yaitu mereka yang memiliki Sendjaja (1994) menyatakan fungsi komunikasi dalam organisasi adalah sebagai kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Juga memberi perintah atau intruksi supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya.b. Berkaitan dengan pesan. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.
3. Fungsi persuasif. Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.
4. Fungsi integratif. Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut, yaitu: a. Saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (buletin, newsletter) dan laporan kemajuan organisasi. b. Saluran komunikasi informal seperti perbincangan antar pribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga, ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.